Minggu, 11 Januari 2015

LAHIRNYA PANDHAWA DAN KURAWA

Di dalam hutan, Pandu dan kedua istrinya hidup laksanan pertapa. Mereka tidak lagi mengindahkan keinginan akan kemewahan atau bahkan kekuasaan. Hanya satu hal yang mengganggu pikiran Pandu - sesuai kepercayaannya - yaitu jika seorang lelaki tidak mempunyai keturunan laki-laki, maka hidupnya akan berakhir di neraka. Tetapi dia sendiri punya masalah dengan hasrat seksual karena kutukan sepasang Rishi yang menuntut kematiannya apabila dia bersenggama dengan istrinya. Oleh karena itu, Pandu membicarakan hal ini dengan kedua istrinya, maksudnya agar kedua istrinya mau mendapatkan anak dari para Rishi yang hidup di hutan. Sama seperti dulu, Pandu juga lahir dari seorang Rishi yang mendatangi ibundanya, janda raja wangsa Kuru.
Alih-alih mendapatkan persetujuan dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan pencerahan lain. Hal itu karena Kunti menceritakan anugerah yang pernah diberikan oleh Rishi Durvasa yang mendatangi kerajaan ayahnya. Anugerah berupa mantera untuk memanggil para Dewata agar mendapatkan karunia berupa putra dari mereka. Pandu pun meminta Kunti memanggil Dewa Dharma. Maka lahirlah Yudhistira yang baik kepribadiannya juga bijaksana. Konon rupa Yudhistira sama persis dengan rupa Dewa Dharma.
Setahun kemudian, Pandu meminta Kunti melakukannya lagi. Diundanglah Dewa Vayu (Bayu), Dewa yang terkuat dari antara para Dewa. Dari Dewa Vayu lahirlah Bhimasena yang gagah perkasa. Bahkan dikatakan tidak akan pernah ada orang yang lahir sedemikian kuat melebihi kekuatan Bhimasena. Dan Bhimasena juga seorang yang amat pengasih. Dia begitu melindungi saudara-saudaranya juga memperhatikan sesama manusia.
Tahun berikutnya, Pandu kembali meminta Kunti melahirkan anak baginya. Kunti pun memanggil Indradewa, Dewa yang paling termasyhur di antara para Dewa. Dan lahirlah Arjuna. Seorang yang dilahirkan sebagai pahlawan sejati juga memegang teguh ajaran kebenaran.
Melihat anak-anak yang dilahirkan Kunti begitu sempurna masing-masingnya, Pandu pun menginginkan Kunti memanggil kembali Dewa yang lain. Akan tetapi Kunti mengatakan bahwa mantera itu akan melanggar dharma apabila digunakan lebih dari tiga kali. Mendengar hal itu, Pandu pun bersedih. Melihat hal itu, Kunti menjanjikan akan mengajar Madri, istri Pandu yang lain untuk merapal mantera tersebut.
Dan Madri pun melaksanakan niat itu; dia memanggil Sang Kembar, tabib para Dewata, Ashwin Kumar. Maka Madri dianugerahi sepasang anak kembar yang tampan-tampan yaitu Nakula dan Sadewa. Tidak cuma tampan, Nakula dan Sadewa memiliki keberanian dan kebijaksaan juga.
Bersamaan dengan kelahiran Bhimasena, Permaisuri Gandhari pun melahirkan putera pertamanya yaitu Duryodhana. Setelah itu, istri Raja Dhristrata itu juga melahirkan 99 putera dan 1 orang puteri. Ketika Duryodhana lahir, Raja Dhristrata mendapatkan firasat yang tidak baik. Dia pun membicarakan hal itu dengan Widura, adiknya yang lahir dari dayang Ibundanya. Widura mengatakan bahwa kelahiran Duryodhana mengawali kejadian yang paling mengerikan yang akan menimpa seluruh keluarga yaitu lenyapnya dinasti Kuru. Akan tetapi karena baru mendapatkan putera mahkota calon penggantinya, Raja Dhristrata tidak menghiraukan firasat dan makna yang diungkapkan oleh Widura.

Sementara itu, setelah hidup layaknya pertapa dengan bahagia selama 15 tahun lebih, di saat Kunti dan anak-anaknya berjalan-jalan ke dalam hutan, Pandu hanya tinggal berdua bersama Madri istrinya di dalam Ashram. Karena sudah lama tidak memadu kasih, Pandu begitu terpesona oleh kecantikan Madri, istrinya itu, hingga lupa akan kutukan sepasang Rishi yang pernah dipanahnya ketika dalam wujud rusa. Sebelum sempat mencumbu istrinya, Pandu pun meninggal.
Madri sangat terpukul atas kejadian ini. Dia menyalahkan diri tidak bisa menahan nafsu suaminya agar tidak mencumbu dirinya hingga berakibat kematian Pandu. Dia meraung sekeras-kerasnya, hingga terdengar oleh Kunti dan anak-anaknya di dalam hutan. Madri memutuskan untuk ikut membakar diri bersama dengan pembakaran mayat Pandu. Sementara Kunti yang lebih memikirkan nasib anak-anaknya kelak memilih kembali ke Hastinapura bersama para Pandawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar